jump to navigation

Isu PLTN dan jawabannya Juli 5, 2007

Posted by metnet in anti nuklir, lingkungan, muria, Nuclear Power news, nuklir, pltn, reaktor nuklir.
trackback

Berikut ini kami tampilkan tanya jawab pro-kontra PLTN dan jawaban kami sampaikan seobyektif mungkin berdasarkan pengalaman yg kami miliki berkerja dan meneliti di lingkungan reaktor nuklir serta berkeinginan meningkatkan penguasaan teknologi nuklir di Indonesia.

Tambang Uranium memiliki polusi yg tdk dpt dihindari.

Emisi tambang Uranium sampai hari ini masih ZERO. Tambang Uranium di Australia dan Canada memiliki sertifikat ISO14001 sebagai jaminan unjuk kerja tambang yang bebas polusi. Emisi CO2 terjadi pada saat proses pengkayaan Uranium dlm penggunaan mesin seperti mesin yg digunakan oleh Iran (mesin gas sentrifugal), tetapi emisi CO2 sangat sedikit krn pengkayaan yg diperlukan untuk bahan bakar PLTN hanya 2-4%. Sebagai pengetahuan, bom nuklir memerlukan pengkayaan 70-90%.

Hasil reaksi dari Uranium berupa limbah memancarkan radioaktif sampai ratusan tahun, bahkan ribuan tahun.

Benar, tetapi level radiasi hasil rekayasa engineering sangat rendah. Radiasi yang berumur panjang bisa diperpendek umurnya menjadi sekitar 500 tahun menggunakan teknik transmutasi. Dan secara engineering, kekuatan media penampung limbah sudah teruji kekuatannya untuk media penyimpan selama 500-800 tahun. Dan emisi ke lingkungan terjamin dengan baik dimana pembuangan limbah selalu menggunakan prosedur yang baku dan ketat, serta dipantau oleh lembaga kredibel. Bahan bakar setelah proses transmutasi disementasi dan disimpan 300-1000 meter dibawah tanah. Jumlah bahan bakar bekas tersebut untuk 4 PLTN yg telah beroperasi 60 tahun masih bisa disimpan dalam media semetara karena jumlahnya hanya ratusan ton. Sebagai pembanding yg setara, 8 PLTU yg beroperasi 30 tahun melepas emisi CO2 jutaan ton ke udara.

Limbah nuklir merupakan problem yang belum terpecahkan sampai sekarang.

Di semua negara pemakai PLTN, memiliki prosedur penanganan radiasi yang sangat baik dan pengalaman puluhan tahun membuktikan efektifitas prosedur baku yang dipakai. Teknologi penanganan limbah sudah terbukti bekerja dengan baik dan sangat aman spt yg telah dijelaskan sebelumnya. Aspek yg sangat menolong adalah volume limbah yg sangat sedikit dibandingkan dengan PLTU. Emisi CO2 PLTN lebih kecil dari pada emisi CO2 di PLTG (natural gas). Idealnya, PLTN menggantikan PLTU batubara dan minyak bumi, sehingga pengurangan emisi CO2 sangat signifikan dan kekayaan alam ini bisa digunakan oleh industri lain atau disimpan untuk anak cucu kita.

PLTN mengancam jiwa manusia dan kecelakaan spt kasus Chernobil sangat mungkin terjadi.

Pengalaman operasi nuklir sudah sangat panjang melebihi 12 ribu tahun dalam 5 dekade. Menyamakan kecelakaan reaktor Chernobil dengan PLTN masa kini sudah tidak relevan, karena tipe dan sistem yang digunakan sangat berbeda. PLTN masa kini mampu mendeteksi setiap gejala kecelakaan, jauh sebelum kecelakaan tsb terjadi. PLTN didesain saat suhu naik tidak terkendali, reaksi dlm materi bahan bakar direkayasa sedemikian hingga supaya peningkatan suhu membuat penyerap neutron lebih agresif. Percobaan yang saya lakukan di HTTR-Jepang membuktikan hal tsb. Saat batang kendali dinaikkan, terorist berhasil mengelabui setting yg dilarang, daya akan naik sekejap bersamaan naiknya batang kendali dan kemudian daya reaktor malah turun ke posisi semua krn feedback racun neutron yg agresif akibat peningkatan suhu scr mendadak dlm bahan bakar. Dan daya reaktor naik dengan smooth menyesuaikan dg kenaikan batang kendali, sehingga kecelakaan nuklir terparah bisa dihindar (thanks to nuclear engineer).

Harga PLTN sangat mahal.

Biaya listrik dari PLTN yang memasukkan biaya2 penambangan, pembangunan, operasi kerja mencapai 60 th (PLTU=25-30th dan PLTG=20th), sampai biaya2 penanganan limbah dan . Total biaya yang dijumlahkan dibagi dengan energi listrik yang dihasilkan, diperoleh 3-5 sen/KWH (PLTU=7-10 sen/KWH, PLTG=4-6 sen/KWH). Biaya pembangunan PLTN ($1700/KWH) dikompensasi oleh energi listrik yang dihasilkannya dalam kurun waktu yang lama. Berikut ii gambar perbandingan harga energi PLTN dengan energi dari pembangkit lainnya.

Perbandingan harga PLTN dengan pembangkit listrik lainnya

Limbah PLTN rawan penyalahgunaan untuk keperluan bom nuklir.

Limbah PLTN tidak menghasilkan Plutonium yang siap dibuat untuk bom nuklir. Proses pengkayaan diperlukan dlm waktu lama dan tidak mudah krn memerlukan mesin yg diparalel dalam jumlah banyak seperti gambar dibawah (diperlukan 7000-15.000 mesin sentrigugal). Setiap PLTN memiliki kamera pengawas dari IAEA sehingga setiap keluar-masuk bahan bakar selalu dimonitoring dengan ketat dan hasil kalkulasi masa bahan bakar harus sesuai dengan aktifitas reaktor.

Sentrifugal tools

PLTN memerlukan jutaan ton per menit pendingin air laut.

PLTU juga memerlukan jumlah yang sama karena efisiensi panas adalah sama. PLTN 1000MW memerlukan pendingin feedwater dari air laut sebesar 30 juta ton per jam. Pendingin primer dikonversi ke pendingin sekunder. Kemudian pendingin sekunder setelah menggerakkan turbin, didinginkan oleh feedwater dari air laut.

Indonesia penuh dengan budaya korupsi, sehingga seaman apapun, PLTN bisa berbahaya dibangun di Indonesia.

PLTN memiliki prosedur yang sama di semua negara, baik aspek biaya, keselamatan, dan cara mengoperasikan PLTN. Sehingga setiap penyelewengan yang mengancam keamanan, rakyat Indonesia tdk perlu bersusah payah menyelidikinya, krn badan dunia IAEA yg lebih ketat pengawasannya akan bertindak lebih cepat. Selain itu ada BAPETEN yang juga mengawasi penggunaan PLTN. IAEA dan BAPETEN sangat berkepentingan mengawasi dengan ketat krn. profesi dan tugas pokok kedua lembaga tersebut. Satu hal yang paling penting, kemungkinan besar PLTN dibangun oleh swasta sehingga korupsi yang terjadi akan sangat minimal dan kalaupun terjadi, akan menjadi masalah intern perusahaan yang bersangkutan.

Indonesia tdk memiliki ahli nuklir yang bisa dipercaya

Batan sb tempat R&D energi nuklir tdk memiliki keuntungan apa2 seandainya PLTN jadi dibangun di Jepara. Pengamatan saya, banyak peneliti Batan yg ingin pindah kerja ke PLTN dan bertempat tinggal dekat PLTN tempat kerjanya krn tantangan kerja dan kehidupan yg lebih baik. Peran peneliti di Batan tidak lebih sebagai tenaga peneliti, bukan operator PLTN dan bukan pihak pembangun PLTN. Penelitian oleh para peneliti Batan tdk hanya fokus ke energi nuklir, berbagai inovai teknologi untuk menghasilkan bibit pangan yang lebih baik, tracking sungai bawah tanah untuk daerah kering, alat-alat dan obat-obatan di bidang kedokteran dsb, semua yg berhubungan dengan pengembangan teknologi nuklir dikembangkan oleh Batan. Khusus ahli nuklir PLTN di Batan bisa menjadi narasumber bagi rakyat krn gaji mereka dari rakyat sehingga kewajiban Batan memberikan penerangan yg benar tentang PLTN.

Negara-negara maju seperti USA sudah tdk tertarik PLTN dan berusaha mengkonversi energi terbarukan yg lebih bersih.

Memang betul, semua negara di dunia berusaha semaksimal mungkin menggunakan energi terbarukan seperti solar cell, tenaga air, tenaga angin, tenaga panas bumi, tenaga matahari dll. Namun kebutuhan listrik yang terus meningkat membuat bbrp negara yg butuh energi besar menerapkan kebijakan energi mix supaya tidak kekurangan listrik demi jalanya perekonomian kapitalis negara-negara maju. Penggunaan energi terbarukan sangat tidak mencukupi kebutuhan energi sehingga diperlukan PLTN dan PLTU yg tdk ramah lingkungan krn menggunakan batubara atau minyak bumi. Data per 31 Mei 2007 dari WNA (World Nuclear Ass.) menyebutkan bahwa PLTN yg beroperasi di dunia = 437 PLTN (19%), 30 PLTN sedang dibangun (1 PLTN masing2 di USA, Korsel, Argentian, Finlandia, Romania, Iran, dan Pakistan, 2 PLTN di Kanada, Jepang, dan Slovakia, 4 PLTN di China, 5 PLTN di Rusia, 6 PLTN di India). Kemudian 74 PLTN sedang direncanakan akan dibangun dan 182 PLTN diajukan akan dibangun termasuk 4 PLTN di Indonesia. Tabel data secara lengkap ada di sini.

Indonesia memiliki 3 reaktor riset di Serpong, Bandung, dan Jogja. Namun Indonesia tdk siap mengunakan PLTN krn pebedaan reaktor riset dan PLTN seperti motor bebek dan Harleydavidson.

Hal tsb sangat keliru. Kerapatan panas yg dibangkitkan di reaktor riset PRSG, Serpong, adalah 1537 watt/cc. Sedangkan PLTN PWR Mistubishi, sekitar 104 watt/cc. Perbedaan yang sangat jauh ini disebabkan oleh desain bahan bakar terkait aspek keselamatan. Selain itu disebabkan oleh perbedaan pengkayaan Uranium 19.75% di PRSG dan 2-4% di PLTN. Karena faktor inilah, emisi radiasi ke lingkungan di PRSG pasti lebih besar dari pada PLTN, meskipun hasil monitoring radiasi terlihat kecil sekali (maaf belum ada data radiasi). Limbah bahan bakar Plutonium di PRSG juga jauh lebih banyak dari pada limbah bahan bakar di PLTN. Kemudian faktor pengendalian di PRSG juga lebih sulit dari pada di PLTN karena stabilitasi neutron lebih sulit. Memang daya di PRSG hanya 30 MW, tapi besar fluks neutron PRSG 100 kali dari fluks neutron PLTN PWR. Penggunaan 30 daya kecil untuk reaktor2 riset adalah untuk efisiensi simulasi PLTN pada skala riset, misalnya untuk riset aliran pendingin reaktor pada suhu 1000 Celcius, reaktor riset High Temperatur Tested Reactor (HTTR) di Jepang, hanya dioperasikan pada daya 30 MW. Jadi adalah anggapan keliru bahwa reaktor riset seperti motor bebek dan PLTN seperti motor besar HarleyDavidson krn alasan yg dikemukakan di atas. Kehadiran 3 reaktor riset di Indonesia membuat banyak ahli nuklir Indonesia cukup terlatih dalam melakukan banyak pekerjaan seperti yang dilakukan dalam PLTN, terutama penanganan reactor safety.

Komentar»

1. barista - Juli 17, 2007

Bagaimana dg biaya decomissioning PLTN setelah habis masa pakainya?
Seharusnya perbandingan biaya itu memakai satuan yang sama: ukuran plant, umur plant, dan output. Dari membangun sampai menutupnya.

2. MetNet - Juli 20, 2007

Biaya decomissioning PLTN sudah termasuk dalam perhitungan. Kemudian ukuran plant, umur plant, dan output plant juga sudah disamakan. Misalnya supaya output daya menjadi sama, biaya total dibagi dengan output daya sehingga diperoleh [biaya]/[daya].

3. Benny Setianto - September 17, 2007

Siapa sebenarnya “pengelola” PLTN? karena Batan oleh UU tidak boleh mengoperasikan instalasi nuklir dengan tujuan komersial?
Mengapa bukan Pengusaha Instalasi Nuklir yang mempromosikan PLTN sehingga biaya sosialisasi yang 5 miliar itu bisa dipakai untuk kesejahteraan pegawai Batan

4. metnet - September 17, 2007

Benar sekali, menurut UU, Batan berfungsi sbg litbang, bukan pengelola PLTN. Pengelola PLTN diatur dlm Peraturan Pemerintah No. 43 Th 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir. Dokumen ini bisa didownload di: http://www.bapeten.go.id bagian [download dokumen].

Biaya sosialisasi 5 Milyar adalah budget ESDM krn berkepentingan mrk thd sosialisasi strategi difersifikasi energi untuk ketahanan energi masa depan sesuai Blue Print Energi Management 2005-2025. Dokumen bisa didownload di:
http://www.esdm.go.id/en/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=67&Itemid=148

Sosialisasi PLTN memang tanggung jawab ESDM dan perusahaan pengelola PLTN (bila perusahaan tsb sudah diputuskan). Dan setahu saya, dana ini tdk ada sangkutpautnya dg kesejahteraan pegawai Batan. Para peneliti sebelum masuk Batan sudah tahu bahwa standart kesejahteraan mereka = kesejahteraan PNS plus cek-up kesehatan tahunan gratis.

5. JIALE - November 21, 2007

Pembangunan PLTN harus terus dijalankan karena kebutuhan energi di tahun 2010 yang belum bisa ditanggulangi.Jika memang komunitas anti nuklir tersebut menentang pembangunan PLTN di Muria,sebaiknya mereka tidak hanya ngomong,tapi buktikan dengan tindakan bahwa mereka bisa menciptakan energi alternatif baru yang NON RESIKO yang mana itu adalah hal yang tidak ada!.Jika terus menolak tapi tidak punya solusi yang konkrit,sebaiknya diam!

6. kurnia2007 - Desember 10, 2007

Bagus! Blog nya mantap!
Salam.

7. K - Mei 12, 2008

saya pinjam blognya y
bagus buat info kawan2 saya…

saya belajar nuklir dah lama, tapi tidak bisa menjawab sebaik ini

thanks

viva nuke

8. metnet - Mei 12, 2008

Terima kasih pak K atas usaha sebagai penyambung informasi. Mudah-mudahan bermanfaat.

9. Ardani - Mei 25, 2008

Salam kenal
Saya tertarik dengan uraian sepintas tentang PLTN anda Pak/Bu
Ada baca di tentang siap ber-operasinya suatu PLTN apung di gorontalo pada tahun 2008 ini (www.technologyindonesia.com), apa info tersebut benar dan mungkin anda bisa menjelaskan tentang PLTN apung tersebut.

Terimakasih
Salam

10. metnet - Mei 26, 2008

Salam kenal dan terima kasih juga.

Sy belum memiliki informasi terbaru ttg PLTN apung di Gorontalo. Propinsi ini memang berniat mengoperasikan PLTN. Sayangnya beberapa kendala teknis menjadi penghalang sehingga niat memiliki energi listrik dari PLTN tdk bisa diwujudkan dengan segera. Salah satu alasan adalah model PLTN apung ini baru selesai pengujian pada tahun 2010. Prinsip kerjanya sama dengan PLTN model PWR yang dipakai pada banyak kapal selam dan kapal perang tenaga nuklir milik Rusia. Info lebih lengkap silahkan search dari google dengan kata kunci “floating nuclear plant.”

BTW, untuk ke depan (tdk tahun 2008), faktor rencana pengoperasian PLTN di Indonesia terfokus pada pulau Jawa (rencana PLTN Muria atau lokasi lain di Jawa).

11. the watcher - Oktober 28, 2008

@Ardani

sebagai tambahan informasi, di PP 43/2006, pada bagian definisi disebutkan yaitu: tapak adalah lokasi di daratan yang dipergunakan untuk pembangunan, pengoperasian, dan dekomisioning, satu atau lebih reaktor nuklir beserta sistem terkait lainnya. Hal ini mengimplikasikan bahwa reaktor nuklir (PLTN) harus dibangun di daratan, dengan kata lain, PLTN apung tidak memenuhi perundangan yang ada.


Tinggalkan komentar